Webinar Borders and Beyonds: OT from Leisure Sports to the Paralympic
Minggu 13 Desember 2020, OT Laboratory (@otlaboratory), ILUNI OT UI (@iluniotui), Seputar Edukasi OT (@seputaredukasi_ot) dan Wanna Be an OT (@Wannabeanot) bekerjasama menyelenggarakan webinar online melalui aplikasi Zoom dengan topik “Borders and Beyonds: OT from Leisure Sports to the Paralympics”. Pada kesempatan kali ini, penyelenggara mengundang tiga orang permbicara yaitu, Roi Charles Pineda, MSc, OTR seorang Okupasi Terapis (OT), seorang ahli, seorang peneliti yang sedang melanjutkan Pendidikan Doctor of Biomedical Sciences (PHD) di Katholieke Universiteit Leuven, Belgia. Kemudian Andreany Kusumowardani, AMd,OT.,SKM.,M.CEP seorang dosen di Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta, seorang peneliti, dan peraih beasiswa Australia Awards di Queensland University, Australia, 2011 dan pembicara terakhir adalah Robiatul Adawiyah, SKM,STr.Kes, Seorang Okupasi Terapis dan Manager Layanan Vokasi dan Vokasi OT di YPAC Jakarta, dan dipandu oleh moderator, Krisna Meidiyantoro B.,AMd.OT.,S.K.M seorang Okupasi Terapis di Layanan Rehabilitasi Sosial Anak Jakarta dan pendiri seputar berita & artikel OT (Sebat OT).
Pembicara pertama, Roi Charles, memberikan informasi tentang Sport dan Okupasi Terapi, bagaimana sport bisa masuk kedalam ranah okupasi terapi. Pembicara menjelaskan bahwa dari kacamata okupasi terapi sport dapat memiliki banyak makna; work, IADL, atau Leisure. Okupasi terapis mengobservasi patterns performance dalam sport, memeriksa contextual facilitator dan hambatan untuk berpartisipasi dalam sport, serta menganalisis performance skill dan client factors untuk dapat berpartisipasi dan terlibat dalam sport. Pembicara juga menjelaskan bagaimana okupasi terapi mendukung partisipasi dan keterlibatan dalam sport melaui beberapa tahapan yaitu : active start, fundamentals, learn to train, train to train, train to compete, train to win, dan active for life. Diakhir presentasi, Roi Charles memaparkan beberapa fakta – fakta tentang Paralympic dan pentingnya bagi okupasi terapis untuk tetap update keahlian dalam aktivitas dan okupasi.
Pembicara kedua, Andreany memaparkan tentang “exercise program
untuk penyandang disabilitas” bagaimana manfaat, resiko dan precaution dalam exercise
program untuk disabilitas dan bagaimana hambatan fisik, mental atau sosial pada
orang dengan disabilitas dapat berpotensi menurunkan partisipasi dalam exercise
dan meningkatkan sedentary lifestyle. Pembicara juga memaparkan penyusunan problem-
oriented exercise management (POEM) memalui 5 tahapan : mengumpulkan data
subjektif dan objektif, assessment dan penyusunan daftar masalah, formulasi
rencana dan re-assessment secara periodik. Diakhir presentasi, pembicara
memberikan contoh langsung program exercise yang dapat diaplikasikan pada kasus
cerebral palsy dan intellectual disability.
Pembicara terakhir, Robiatul memaparkan tentang “peran OT pada sport
paralymphic di Indonesia, bagaimana fokus pengembangan sport bagi cerebral
palsy remaja di YPAC Jakarta yaitu Motor Activity Training (MATP) dan Bocca.
Pembicara juga menjelaskan peran okupasi terapi dalam proses awal pencarian athele
paralymphic hingga pertandingan dan pasca pertandingan. Proses ini terdiri dari
beberapa fase yaitu : eksplorasi, classifying, training, competition dan fase
compete.
Melalui webinar ini, para peserta mendapatkan informasi dan
gambaran tentang peran okupasi terapi pada paralymphic, bagaimana proses
penyusunan program exercise dan program untuk persiapan bagi athele paralymphic
serta informasi terkait fakta dan kondisi okupasi terapi dan paralymphic serta
pentingnya bagi okupasi terapi untuk meningkatkan pemahaman keilmuan pada kasus
paralymphic.
Ditulis oleh : Siti Ainatul Lailiah @lelysitii
Disunting oleh : Chusnul Fitriah Nur Pratiwi @tiwipratiwii24
Komentar
Posting Komentar